Mungkin bisa aku sampaikan secara langsung, tapi rasanya ingin menyampaikan lebih lewat tulisan ini. Agar semua terarsipkan dengan baik disini terlebih dalam ingatanku. Semoga ini menjadi surat yang membawa kenangan baik dimasa depan...
Masa dimana kita akan menua, menua bersama di jalan-Nya. Sampai menemui titik pertemuan terakhir kita melihat apa yang tertuai dari umur yang diamanahkanNya, semoga surat ini menjadi awal langkah dua pasang kaki dan sepasang hati meniti jembatanNya.
Aamiin.....
8 Rabi'ul Awal 1436 H
Masa dimana kita akan menua, menua bersama di jalan-Nya. Sampai menemui titik pertemuan terakhir kita melihat apa yang tertuai dari umur yang diamanahkanNya, semoga surat ini menjadi awal langkah dua pasang kaki dan sepasang hati meniti jembatanNya.
Aamiin.....
8 Rabi'ul Awal 1436 H
In
my lovely place
Bismillah...
Tak banyak yang ingin ku sampaikan :)
Maknailah dengan hati bersihmu....
Pertama
kali ingin aku ucapkan adalah "terimakasih". Banyak alasan mengapa
kata itu terucap untukmu. Salah satu diantaranya karena kau membuatku lebih
dekat. Lebih dekat pada siapa? Pada-Nya bukan padanya. Aku berharap kau
mempertahankan itu, terus membuatku lebih dekat pada-Nya bukan padanya lagi.
Mengapa
demikian? Aku tersentak ketika beberapa kali bercerita padamu tentang
permasalahan dalam hidupku waktu itu, tak lepas kau berkata agar aku
mengembalikan semuanya pada-Nya. Senantiasa ingat pada-Nya, adukan pada-Nya,
bukan padanya. Nasehat itu sudah jarang lagi ku dapat sampai akhirnya ku
dapatkan lagi darimu. Aku pun nyaman. Terimakasih ya :)
Kenyamanan
itu mengisi rumah ini dengan sangat nyata. Sampai akhirnya rumah pun menempatkanmu sebagai pendatang yang diharap tak meninggalkan rumah ini sepi. Karena rasa nyaman itu sudah memberi warna cat dinding rumah dengan indah, membenarkan tembok-tembok yang rapuh, bahkan udara pun tak lembab. Rumah menginginkanmu tetap disini.
Dua
perasaan pun muncul, senang dan sedih ketika rumah itu terhiasi. Mengapa?
Banyak
alasan. Tapi alasan utamanya adalah aku khawatir ini bukan waktu yang tepat. Mungkin rumah itu harus dihiasi oleh penghuni asli, belum mendatangkan tamu yang dinanti. Khawatir, adanya ini malah menjauhkan para penghuni dariNya. Kau sudah mendekatkanku padaNya,
apakah akan menjauh ketika ada perasaan ini. Takut. Dan mengapa senang? Ya,
karena rumah ini merasa didatangi penghuni yang mampu merawat dan menjaganya. Kau pun membuatku membuka pintu rumah itu.
Seiring
berjalannya waktu, entah aku salah atau tidak, sepertinya kita berada di sudut tempat yang sama. Dan pada satu titik kita pun bertemu dalam rasa yang sama.
Khawatir pun semakin memuncak.
Pada
apa aku bersandar agar aku yakin ini semua takan 'merusak' kita denganNya bukan dengannya.
Tapi
iyakah kita ada pada titik yang sama?
Adamku,
seiringkali orang berkata agar kita tidak berharap pada makhlukNya, berharaplah
padaNya.
Maka ingatlah ini, aku akan tetap berada di titik sudut rumah ini. Takkan beranjak sampai Dia menunjukkan bahwa aku benar-benar tak boleh sedikitpun bergeser, mendiami titik sudut itu bersamamu sekarang atau bahkan kelak.
Seperti yang sering kau katakan, mintalah selalu petunjukNya.
Aku
berharap padanya, semoga kau pun melakukan hal yang sama untuk hawa-mu. Aku
berharap Dia menakdirkan hawa-mu adalah orang yang mengharapkan hal ini :')
Sampai
bertemu di titik tempat rumah yang sama hingga akhir masa atau kah yang lebih tepat 'Selamat bertemu di titik tempat rumah yang sama sampai akhir masa'?
Wallahu a'lam.
Asykurullah, litari'fika...
_Nur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar